Berita kematian Andi Syahrir Makkuradde

Selasa, 04 Desember 2012



Telaga itu telah pergi


Pria jangkung sabar itu kembali ke haribaan Allah : ANDI SYAHRIR MAKKURADDE. Almarhum memiliki sejumlah jejak kebelakang terutama yg berkaitan dengan dunia aktivis. Pernah menjadi ketua Badko HMI wilayah Indonesia Timur dll. Ia adalah wartawan tempo ketika Tempo menjadi acuan Jurnalistik tanah air. Semua itu tdk membuatnya ingin tampil dan dimaklumkan. Ia selalu memilih jalan sunyi dalam menggerakkan mesin idealismenya.

Popularitas panggung dan tepuk tanagn gemuruh selalu di tampiknya. Pemakluman dirinya bukan karena penampilan. Deklarasi tentang dirinya dilakukan oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri. Padahal ia juga  adalah sebuah batu karang dalam memegang prinsip dan idealisme. Ia pernah meringkuk dalam tahanan lantaran bersebrangan dengan kekuasaan yang membantu.

Tatkala dunia kampus menggemuruh, menantang kekuasaan, Kak Syahrir, begitu kami memanggilnya, tetap saja mengguntur dengan jalan sunyi. Ketika anak-anak muda mendaulatnya untuk marah, ia tetap tenang dengan kepala dingin. Tak pernah ada ekspresi bahwa ia sesungguhnya juga mengalami kegelisahan intelektual, sebagaimana yang lain-lainnya. Satu-satunya petunjuk bahwa kak syahrir marah, adalah, tatkala ia tidak lagi menghisap rokoknya.

Gemuruh kak syahrir adalah gemuruh kata lewat tulisan. Rapih dalam bertutur, arif dalam penampangan kosa kata. Penampangan idealisme kak syahrir adalah kemampuanya dalam menulis. Ia sadar betul bahw aia bukanlah tokoh panggung yang menggelegar, tetapi ia seseorang yang mahir dalam renungan. Ia mengejek dengan senyuman terkulum. Ia mengolok dengan hati. Ia menghardik dengan nurani,. Karena  itu penampangnya tidak pernah berubah, sejak dari dulu, hingga ajal menjemputnya. Ia selalu stabil dan datar karena ia tidak pernah tertarik dengan panggung byang hiruk pikuk, yang amat menggoda dan memberi kenikmatan sesaat. Andi Syahrir tidak pernah disitu.

Kontribusi terbesar kak syahrir, adalah melahirkan wartawan dan penulis, Hampir semua penulis dan wartawan muda  terutama yang berasal dari kampus , pasti pernah dipoles oleh kak syahrir. Cara membingbingnya bukan di ruang kelas melalui metode dikte. Ia mengajak anak-anak didiknya duduk di warung atau restaurant,m engobrol tentang subyek yang di ajarkanya. Ia mengajar di alam terbuka,ia membimbing dengan latar dunia nyata.

\tak lekang dari ingatan saya, tatkala saya masih berusia 18 tahun , kak syahrir mengajarkan saya bagaimana menjadi penulis yang baik. Saya di ajak ke toraja, palopo, wajo, dan sidrap, berboncengan dengan sepeda motor pinjaman. Disitu saya  tahu, Kak syahrir adalah bakat alam . ia mengejek dengan metapora alam sekitar yang dilihatnya.

Kak syahrir dalam dunia kewartawanan, bukan saja sekedar pewarta, tetapi juga sebagi penulis, yang memaparkan sesuatu dengan latar yang besar dan detail. Penuh ibarat. Kata-katanya tidak menggigit,tetapi mengiris halus. Kekinginan yang hendak di sampaikan, tidak menggelegar,tetapi menusuk kalbu. Idealismenya tidak di maklumkan dengan kapak  kemarahan, tetapi dipaparkan dengan rasa. Lalu kita pun semuanya mengetahui, kak syahrir adlah telaga besar, yang tenang tanpa riak, tetapi amat dalam.

Muridmurid kak syahrir telah tersebar dan menjadi orang di berbagai institusi. Mereka telah menularkan api dengan idealisme guru dan senior mereka. Kak syahrir adalah hulu dari sebuah mata air,yang mengalir dan menjadi rahat bagi yang lain. Hebatnya tak ada Satu pun diantar mereka merasa pernah digurui, apalagi dimarahi oleh Andi syahrir. Semua kenangan tentang syahrir , adalah kenangan tentang kesederhanaan dan kesabaran.

Memang tak dua, kesabaran kak syahrir, ditengah deraan kehidupan yang menhimpitnya, kak syahrir tak pernah mengeluh sedikit pun . himpitan  hidup yang melilitnya, dia jalani tanpa beban, dan tak hendak membebani orang lain, termasuk murid-muridnya. Malah sakit, yang menggerogoti tubuhnya sekali pun , ia tak pernah kaluhkan.

 Murid-murid kak syahrir, juga mengenangnya lantaran rasa solidaritasnya.apalagi yang berkaitan dengan sesama wartawan aktivis. Acap kali dia mengorbankan diri dan keluarganya, demi membantu yang lain. Baginya,miliknya juga milik kawan-kawan dan murid-muridnya. Ia acapkali mengorbankan kuliahnya beberapa  semester, hanya karena uang kuliahnya , harus ia berikan kepada saya, dan beberapa murudnya yang lain. Untuk membayar uang kuliah kami. “kamu lebih penting karena kamun masih muda . perjalananmu masih panjang kedepan, dan peluangmu jauh lebih banyak dari saya” katanya penuh ikhlas. Kak syahrir, bukan lagi guru, tetapi penyelamat masa depan kami.

Kesetiaan dan kebanggaan pada profesi, kak syahrir sangat paripurna. Ditengah pembaringannya dirumah sakit, ia masih mengirimi saya sms beberapa kali, mengingatkan saya agar  menulis tentang sesuatu. Saya tidak tahu bahwa kak syahrir tenyata sudah berbaring dirumah sakit saat itu. Malah ketika saya menjenguknya di rumah sakit untuk kai terakhir, berapa jam sebelum kepergiannya, ditengah napas yang tersendat dengan berbagai selang dan alat-alat medis yang membalut tubuhnya, ia masih menggoyankan lengannya setetelah mendengar suara saya. Ia memberi isyarat agar saya menyelesaikan tulisan yang di mintanya  berulang kali.

Saat-saat itu, ia berjuang menaklukkan sakit . ia tengah berkonsentrasi dalam pertarungan memenangkan penyakitnya. Namun tak sedikit pun ia pernah rela melupakan dunia tulis menulis.

Dari jauh saya dengar, tatkala jenazahmu di ussung ke peristirahatan terakhir, banyak kawan dan murid yang mengantar. Semuanya terpaku , mnatap mayatmu penuh haru. Mereka seolah serentak berdendang :

“Berita menggelar aku terima

Kekasih berpulang untuk selamanya

Hancur luluh rasa

Jiwa dan raga

Tak percaya tapi nyata

Tiada hari seindah duld-dulu lagi tiada mungkin kembali, tiada nama seharum namamu      lagi...tiada....tiada

Selamat jalan Kak syahrir, guru kami, telaga kami. Kami tak pernah melupakanmu. Kamu tak akan pernah kesepian dalam kesendirianmu.(#)

1 komentar:

  1. wow infonya keren kak. kalau ingin tahu tentang cara membuat website yukk disini saja. terimakasih..

    BalasHapus

 
Wija-wajo.Blog © 2013 | Plantilla diseñada por Ciudad Blogger